Dokter Di Puskesmas Semestinya Tak Sekadar Merujuk

Dokter yang melakukan pekerjaan di akomodasi layanan primer, antara lain puskesmas, klinik pratama, belum sepenuhnya menjalani fungsi yang semestinya. Sebagian penduduk mencurigai kesanggupan mereka bahkan menilai para dokter muda tersebut tidak kompeten.

Anggapan ini timbul karena para dokter muda yang belum melanjutkan pendidikan keutamaan tersebut kerap memberi surat acuan terhadap pasien bukan mengakhiri layanan kesehatan di akomodasi layanan primer.

"Peran dokter di akomodasi layanan kesehatan primer cuma sekadar pemberi rujukan, sebelum pasien melanjutkan pengobatan ke tempat tinggal sakit. Dokter akomodasi layanan primer sebaiknya menjadi gate keeper," kata Direktur Jenderal Bina Upaya kesehatan (BUK) Kementrian Kesehatan RI, Akmal Taher, di Jakarta.

Yang dimaksud gate keeper merupakan dokter layanan kesehatan primer menjadi kontak pertama dalam pelayanan kesehatan formal. Bila pasien tidak dapat dikerjakan akomodasi layanan kesehatan primer, barulah gate keeper merujuknya ke tingkat lebih lanjut. Tentunya tidak semua ganjalan pasien dirujuk ke akomodasi layanan kesehatan lanjutan.

"Dokter layanan kesehatan primer menjadi koordinator antara pasien dan rumah sakit, alasannya merupakan dialah yang paling memahami keadaan kesehatan pasien. Fungsi inilah yang kurang berlangsung di masa fee for services, dan akan dikembalikan pada masa pelaksanaan JKN," kata Akmal.

Menjadi dokter keluarga setara spesialis

Dalam pelaksaaan JKN, dokter layanan primer yang dikembalikan sesuai fungsinya akan mendapat perbaikan persyaratan kompetensi dan reward. Dalam dua tahun mendatang, persyaratan kompetensi untuk dokter akomodasi layanan primer telah tersedia. Usai menempuh pendidikan sesuai persyaratan kompetensi yang ditetapkan, maka dokter dinyatakan selaku Dokter Layanan Primer (DLP) yang setara dengan spesialis. Peningkatan kompetensi inilah yang lalu memperbaiki reward yang diterima.

Pendidikan DLP bisa diambil sehabis dokter lulus masa pendidikan. Lama pendidikan untuk DLP berkisar 2-3 tahun dengan bobot 50-90 sks. Lulusannya akan bergelar SpFM atau seorang andal family medicine (dokter keluarga). Nantinya pendidikan untuk DLP cuma akan tersedia di fakultas kedokteran terakreditasi A.

Dengan adanya pendidikan lanjut bagi dokter layanan primer, maka tingkat kemampuannya akan lebih dari klasifikasi 4b, 3b, dan 3a. Kategori 3a menunjukan kesanggupan sebatas diagnosa. Sedangkan 'b' menunjukan kesanggupan dalam emergency, dengan klasifikasi 4b untuk keahlian mendiagnosa sampai memberi obat. Tingkat kesanggupan ini merupakan persyaratan pelayanan di akomodasi pelayanan kesehatan primer.

Tuntas di akomodasi layanan primer

Hal senada dibilang pengamat kesehatan masyarakat, Hasbullah Thabrany. Menurutnya, di negara maju pada biasanya dilema kesehatan penduduk final di tingkat layanan primer. Hal ini pastinya menuntut kesanggupan dokter dan keyakinan penduduk terhadap akomodasi layanan kesehatan primer.

"Di Belanda ,80-90 persen problem dijalankan di akomodasi layanan primer. Untuk menjadi menyerupai itu dokter memang memerlukan waktu pendidikan komplemen 2-3 tahun, sama dengan negara lainnya," kata Hasbullah.

Adanya DLP diperlukan bisa menyanggupi keperluan tersebut sehingga membuat lebih mudah kanal penduduk terhadap kesehatan.



Infografis: Sehat_Negeriku
Referensi: Kompas

Comments

Popular posts from this blog

Ini Makanan Dan Minuman Yang Bisa Memperpendek Usia

Bahaya Kelamaan Tidur

Orang Renta Bertanggung Jawab Bangkit Abjad Emosional Anak