Sindrom Steven-Johnson

Sindroma Steven-Johnson (SSJ) ditandai trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata dibarengi tanda-tanda lazim berat. Bentuk klinis SSJ berat jarang terdapat pada bayi, anak kecil atau orang tua. Lelaki dilaporkan lebih sering menderita SSJ ketimbang perempuan. Data banyak sekali negara di dunia berbincang angka peristiwa SSJ yakni sekitar 2 hingga 6 kasus per 1 juta orang per tahun, jadi amat jarang. Di seluruh Amerika Serikat ada sekitar 300 kasus per tahunnya.

Penyebab susah diputuskan dengan niscaya lantaran sanggup disebabkan oleh banyak sekali faktor, meskipun kebanyakan sering dikaitkan dengan respons imun kepada obat. Beberapa aspek penyebab timbulnya SSJ diantaranya bisul (virus, jamur, bakteri, parasit), obat ( salisilat, sulfa, penisilin, antikonvulsan dan obat antiinflamasi non-steroid, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, dll), masakan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X),dll.

Hubungan obat selaku penyebab layak dicurigai jikalau tanda-tanda timbul dalam / hingga 21 hari sehabis minum obat. Bila proteksi obat diteruskan dan geja]a klinis membaik maka kekerabatan kausal dinyatakan negatif. Bila obat yang diberikan lebih dari satu macam maka semua obat tersebut mesti dicurigai mempunyai kekerabatan kausal. Sindrom ini sanggup timbul dengan episode tunggal tetapi sanggup terjadi berulang dengan kondisi yang lebih buruk sehabis paparan ulang kepada obat-obatan penyebab.

Pengobatan berisikan terapi suportif, kortikosteroid, Human Intravenous Immunoglobulin (IVIG) , antihistamin dan jikalau perlu antibiotika.

Pada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Kematian berkisar antara 5-15% pada kasus berat dengan banyak sekali komplikasi atau pengobatan telat dan tidak memadai. Prognosis lebih berat jikalau terjadi purpura yang lebih luas. Kematian umumnya disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis.

Komplikasi SSJ a.l kelainan kulit berat, sepsis, kerusakan organ badan dan gangguan mata yang sanggup hingga kebutaan.

Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan RI



Infografis: Sehat_Negeriku
Referensi: Litbang

Comments

Popular posts from this blog

Ini Makanan Dan Minuman Yang Bisa Memperpendek Usia

Bahaya Kelamaan Tidur

Orang Renta Bertanggung Jawab Bangkit Abjad Emosional Anak